BATAM – Paspor Malaysia resmi menyamai kekuatan paspor Amerika Serikat dalam Henley Passport Index 2025 edisi Oktober. Keduanya kini menempati peringkat ke-12 dunia dengan akses bebas visa ke 180 destinasi dari total 227 negara dan wilayah.

Capaian ini menjadi momen bersejarah bagi Malaysia, sementara Amerika Serikat justru mencatat kemerosotan terbesar dalam dua dekade terakhir.

Meski turun satu peringkat dari posisi ke-11 tahun lalu, paspor Malaysia tetap menjadi yang terkuat di Asia Tenggara, melampaui negara tetangga lainnya.

Banyak warga Malaysia menyambut kabar ini dengan bangga, menyebutnya sebagai bukti kuatnya diplomasi dan kerja sama internasional Kuala Lumpur.

“Pemegang paspor Malaysia kini bisa bepergian hampir ke seluruh dunia tanpa visa,” ujar laporan resmi Henley & Partners.

Baca juga: Bukan Tokyo! Osaka Jadi Bintang Baru Wisata Jepang, Ini Destinasi Terpopulernya

Asia Kuasai Daftar Paspor Terkuat Dunia

Wilayah Asia terus mendominasi puncak daftar mobilitas global. Singapura mempertahankan posisi pertama dunia dengan akses bebas visa ke 193 destinasi, diikuti Korea Selatan (190 destinasi) dan Jepang (189 destinasi).

Dominasi ini menandakan pergeseran pusat kekuatan mobilitas global ke Asia Timur, menggantikan negara-negara Barat yang semakin tertinggal.

Sebaliknya, Inggris merosot ke posisi 8—peringkat terendah sejak indeks ini diluncurkan dua dekade lalu. Padahal, pada 2015 paspor Inggris sempat menjadi yang terkuat di dunia.

Tak hanya itu, China juga mencatat lonjakan tajam dengan memberikan bebas visa ke 76 negara, naik dari peringkat 94 ke 64 dalam Henley Openness Index 2025. Dalam setahun terakhir, Beijing menandatangani 30 perjanjian bebas visa baru dengan negara-negara di Eropa, Teluk, dan Amerika Selatan.

Baca juga: Dari Kopi Gunung hingga Kain Alami, Ini Pesona Chiang Mai yang Bikin Traveler Jatuh Cinta

AS Terdepak dari 10 Besar untuk Pertama Kalinya dalam 20 Tahun

Paspor Amerika Serikat kini resmi keluar dari daftar 10 besar dunia, turun dari peringkat ke-10 ke posisi ke-12.

Penurunan ini dipicu oleh berkurangnya akses bebas visa ke sejumlah negara, termasuk Brasil yang mencabut kebijakan bebas visa bagi warga AS sejak April lalu.

Selain itu, China juga tidak lagi memasukkan AS dalam daftar bebas visa yang terus berkembang. Beberapa negara lain seperti Myanmar, Papua Nugini, Somalia, dan Vietnam memperketat kebijakan terhadap pemegang paspor Amerika.

“Pelemahan paspor Amerika mencerminkan pergeseran dalam mobilitas global dan soft power,” kata Dr. Christian H. Kaelin, Ketua Henley & Partners.

“Negara-negara yang mendorong keterbukaan dan kerja sama kini justru semakin berpengaruh.”

Kesenjangan ‘Keterbukaan’ Amerika

Meskipun paspor AS masih memberi akses ke 180 destinasi, negara tersebut hanya memberikan bebas visa kepada 46 kewarganegaraan—menempatkannya di peringkat 77 dalam Henley Openness Index.

Ketimpangan besar ini menunjukkan bahwa kebebasan bepergian warga AS tidak sebanding dengan kebijakan visa negaranya sendiri.

Tak heran, semakin banyak warga Amerika yang mencari alternatif kewarganegaraan melalui program investasi, dengan peningkatan aplikasi hingga 67 persen pada kuartal ketiga 2025.

Dr. Kaelin menegaskan bahwa peringkat paspor bukan sekadar angka:

“Kekuatan paspor mencerminkan bagaimana dunia menilai keterbukaan, kerja sama, dan pengaruh suatu negara di panggung global.” (dr)

Sumber: kompas

Rate this post